H. Mochamad Arifin (Wakil Bupati Trenggalek): “Parpol Gagal Melakukan Kaderisasi”
SALATIGA – Plt Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin menyebut banyak partai politik (parpol) gagal melakukan kaderisasi. Hal ini diutarakan dalam kuliah umum Prodi Hukum Tata Negara Fakultas Syariah Isntitut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, di Auditorium Kampus II IAIN Salatiga, Senin (26/2/2018) siang.
[wds id=”6″]
“Salah satu indikasinya banyak parpol tidak mencalonkan kadernya sendiri saat pemilu,” ujar dia di hadapan peserta kuliah umum Prodi Hukum Tata Negara Fakultas Syariah dengan mengambil tema ‘Kegagalan Kaderisasi Partai Politik: Langkah Antisipasi dan Solusinya’.
Selain itu munculnya calon tunggal di beberapa wilayah yang menyelenggarakan pilkada. Hal ini menjadi indikasi ketidakmampuan parpol menyiapkan kader guna mampu bersaing dalam kancah pemilihan umum. “Tidak mampu menyiapkan kader berarti tidak ada kerja politik, maka mesin politik-pun tidak bekerja,” ungkap dia.
Arifin mengungkapkan politik saat ini hanya terfokus pada kegiatan pemilihan lima tahunan dalam rangka perebutan kekuasaan. Dalam perebutan kursi kekuasaan tidak diimbangi perkuat kaderisasi. Alhasil justru tidak menyiapkan kader secara maksimal.
Kendati demikian, lanjut dia, masih ada parpol yang menyiapkan kader secara serius, misalnya melalui sekolah atau pelatihan. “Tantangan ke depan karena saat ini memakai sistem pemilihan langsung maka yang terpilih punya utang kepada rakyat,” papar dia.
Kondisi tersebut berdampak pada tingginya biaya politik sehingga terkadang memunculkan pemakluman sebagian pejabat yang mengangap korupsi tak mengapa asalkan untuk kepentingan masyarakat. “(Pemikiran) ini sangat disayangkan. Karenanya selagi masih muda, masih mahasiswa lakukan kerja sosial sebagai modal sosial jika ke depan ingin menjadi kepala daerah atau berkecimpung didunia politik,” kata dia.
Terpisah, Dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. berharap para mahasiswa bisa mengambil pelajaran dari Plt Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin yang telah menjabat wakil bupati pada usia 25 tahun. ”Meski masih muda semangatnya patut ditiru untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Trenggalek. Apalagi mahasiswa adalah kader penerus dalam memperjuangkan organisasi dan parpol ke depan,” terang dia.
Ibu dekan menambahkan kegagalan parpol dalam melakukan kaderisasi yakni banyaknya kader yang keluar atau pindah parpol. Fenomena ini tidak saja terjadi di tingkat pusat tetapi juga di tingkat bawah, seperti kecamatan. “Tidak hanya pindah tapi juga mendirikan parpol baru,” ungkap dia. (Zidni/Humas IAIN Salatiga)