Mahasiswi HKI Ukir Prestasi di Lomba Digital Nasional
Salatiga,(01/06/2025) – Suara mahasiswa tak selalu hadir lewat orasi. Kadang ia muncul lewat warna, garis, dan bentuk. Inilah yang dilakukan Noor Ika Anggraini, mahasiswi Program Studi Hukum Keluarga Islam sekaligus anggota Forum Diskusi Santri (FDS) Fakultas Syariah UIN Salatiga. Lewat karya visual dalam bentuk poster digital, ia berhasil menyampaikan pesan pendidikan yang kuat hingga mengantarkannya meraih Juara II Nasional dalam ajang Digital Competition Gelora Mahasiswa Bidikmisi 2025.

Kompetisi yang digelar secara daring oleh Keluarga Mahasiswa Bidikmisi (KAMADIKSI) Politeknik Negeri Semarang ini merupakan ajang tahunan yang bertujuan menjaring talenta muda Indonesia di bidang desain visual digital. Perlombaan berlangsung sepanjang bulan Mei 2025, dan pemenang diumumkan secara resmi pada 31 Mei 2025.
Salah satu cabang lomba yang diminati adalah kategori Poster Digital, yaitu karya grafis yang memadukan estetika visual, kekuatan pesan, serta kreativitas dalam mengekspresikan ide secara dinamis. Tahun ini, tema besar lomba mengusung topik “The Role of Education in Improving Career Prospects”, yang harus dituangkan dalam format poster digital. Para peserta ditantang tidak hanya menampilkan desain yang menarik, tetapi juga menyusun narasi yang kuat dalam visual: siapa yang mereka suarakan, untuk apa, dan mengapa penting.

Dalam kompetisi ini, Noor Ika menghadirkan karya berjudul “Pendidikan Hari Ini, Kesuksesan Karier Esok Hari”—sebuah poster yang membentuk akronim “SUKSES”: Semangat, Usaha, Keterampilan, Strategi, Edukasi, dan Sikap. Elemen-elemen ini menggambarkan bagaimana pendidikan berperan penting dalam membangun kesiapan dan potensi seseorang untuk menghadapi tantangan dunia kerja. Warna dominan biru menyimbolkan ketenangan, kepercayaan, dan kedalaman makna, sementara susunan visualnya menunjukkan transisi dari proses belajar menuju pencapaian karier yang gemilang.
“Saya ingin menyoroti bahwa pendidikan adalah jalan untuk memperbaiki masa depan, bukan hanya secara akademik tapi juga dalam hal karakter dan keterampilan kerja,” tutur Noor Ika. Konsep tersebut muncul dari refleksinya sebagai aktivis mahasiswa yang sering bersentuhan langsung dengan masyarakat melalui kegiatan sosial. Menurutnya, desain harus berbicara lebih dari sekadar keindahan: ia harus menjadi alat untuk menyampaikan suara yang tak terdengar.

Kompetisi ini diikuti oleh peserta dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia, baik negeri maupun swasta. Penjurian dilakukan oleh dewan juri profesional dari bidang desain grafis, pendidikan, dan komunikasi visual. Aspek yang dinilai meliputi kesesuaian tema, orisinalitas karya, visualisasi, kreatitivitas, serta inovasi dalam menyampaikan pesan yang disampaikan dalam poster. “Poster Noor Ika menonjol karena kreativitasnya yang tinggi dalam memadukan pesan pendidikan dengan elemen visual yang segar dan orisinal,” ungkap salah satu juri dalam sesi pengumuman pemenang.
Noor Ika mengaku tidak menargetkan kemenangan saat mendaftar lomba ini. Ia hanya ingin menyampaikan pesan yang selama ini mengganggunya secara batin: ketimpangan akses pendidikan dan pentingnya mempersiapkan diri untuk masa depan. “Saya mendesain sambil memikirkan anak-anak di desa, di perbatasan, atau yang harus kerja dulu sebelum sekolah. Poster ini saya dedikasikan untuk mereka.” Ia pun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Forum Diskusi Santri (FDS) Fakultas Syariah, tempat ia banyak belajar tentang keberanian menyampaikan gagasan dan nilai-nilai sosial.
Prestasi ini membuktikan bahwa mahasiswa syariah pun bisa bicara di panggung kreatif digital. Tak hanya berkutat di dunia teks dan hukum, tetapi juga aktif menyuarakan perubahan lewat medium visual yang kini semakin relevan. “Berkarya itu bukan soal menang atau kalah, tapi soal menyampaikan apa yang penting bagi kita,” pesan Noor Ika bagi rekan-rekan mahasiswa. Kemenangan Noor Ika menjadi dorongan moral bahwa keberanian, kepedulian sosial, dan kreativitas bisa bersatu menjadi karya yang berdampak. Ia berharap lebih banyak mahasiswa berani mengeksplorasi bakatnya di luar zona nyaman, apa pun bentuknya.
Kontributor : Muhammad Dliyaul Fajri, Mahasiswa HTN, NIM: 33030220024