Managing Editor Ijtihad memberikan pendampingan Internasionalisasi Jurnal di UIN Surai Jiwo Lampung

Lampung, 30 September 2025 — Managing Editor Jurnal Ijtihad, Endang Sriani, S.H.I., M.H.,  menjadi narasumber dalam kegiatan Pendampingan Program Internasionalisasi Jurnal yang diselenggarkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UIN Surai Jiwo Lampung. Acara ini digelar secara daring melalui Zoom Meeting pada Selasa (30/9), dengan peserta para pengelola jurnal di lingkungan UIN Surai Jiwo Lampung.

Kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen institusi untuk meningkatkan kualitas dan reputasi jurnal ilmiah yang dikelola civitas akademika, sekaligus sebagai langkah nyata mendorong pengelola jurnal agar mampu bersaing di tingkat internasional, khususnya melalui indeksasi bereputasi seperti Scopus.

Dalam sambutannya, Wakil Rektor I UIN Surai Jiwo Lampung, Prof. Dedi Irwansyah, M.Hum, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan strategis ini. Menurutnya, pendampingan internasionalisasi jurnal tidak hanya penting untuk meningkatkan mutu publikasi ilmiah, tetapi juga untuk mendorong reputasi akademik kampus di tingkat global.

“Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini. Kami berharap pengelola jurnal di UIN Surai Jiwo Lampung dapat belajar dari pengalaman jurnal-jurnal yang sudah lebih dahulu terindeks Scopus, termasuk dari UIN Salatiga yang bisa disebut sebagai salah satu ‘assabiqunal awwalun’ dalam per-scopus-an di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua LPPM UIN Surai Jiwo Lampung, Dr. Nurkholis, M.Pd., menegaskan bahwa kegiatan ini diharapkan mampu memberikan pemahaman teknis sekaligus motivasi kepada seluruh pengelola jurnal agar berkomitmen meningkatkan mutu manajemen publikasi.

“Pendampingan ini menjadi bagian dari ikhtiar kolektif kita untuk meningkatkan kualitas dan visibilitas jurnal ilmiah. Harapannya, ke depan jurnal-jurnal yang ada di UIN Surai Jiwo Lampung dapat melangkah lebih jauh menuju indeksasi internasional, sehingga memberi kontribusi nyata bagi pengembangan ilmu pengetahuan,” tegasnya.

Dalam pemaparannya, Endang Sriani, S.H.I., M.H., selaku Managing Editor Jurnal Ijtihad UIN Salatiga menekankan bahwa perjalanan menuju indeksasi internasional seperti Scopus atau Web of Science bukanlah hal yang instan. Ia menyebut bahwa proses tersebut merupakan buah dari konsistensi, kerja keras, dan komitmen yang panjang. Semangat berbagi yang ia sampaikan didasari prinsip tahadduts bin ni’mah—yakni berbagi pengalaman sebagai bentuk rasa syukur dan kesempatan untuk saling belajar, sembari menyadari bahwa pengelola Ijtihad sendiri masih terus belajar dan berproses.

Menurutnya, upaya internasionalisasi jurnal memiliki makna strategis. Publikasi ilmiah yang bermutu tidak hanya akan meningkatkan kualitas akademik dosen dan peneliti, tetapi juga mengangkat popularitas serta reputasi institusi. Keberadaan jurnal yang terindeks global menjadikannya lebih mudah ditemukan peneliti, meningkatkan potensi sitasi, sekaligus memberi dampak pada percepatan kenaikan jabatan fungsional dosen. Dengan demikian, internasionalisasi jurnal adalah bagian penting dari penguatan daya saing kampus.

Lebih jauh, Endang menggambarkan pengalaman Jurnal Ijtihad dalam menata sistem pengelolaan. Kualitas peer-review menjadi titik tekan utama, sebab tanpa proses penelaahan sejawat yang ketat dan transparan, sebuah jurnal tidak akan diperhitungkan. Selain itu, konsistensi penerbitan juga krusial; keterlambatan dalam terbitan seringkali menjadi alasan penolakan. Jurnal juga perlu menyiapkan tiga edisi terbaru dengan artikel yang benar-benar siap dipublikasikan sebelum diajukan ke Scopus.

Aspek lain yang tak kalah penting adalah internasionalisasi dewan redaksi dan penulis. Jurnal perlu menampilkan keragaman geografis baik dari tim editor maupun kontributor artikelnya. Lingkup keilmuan atau aims and scope juga harus jelas dan konsisten, sehingga artikel yang dimuat benar-benar mencerminkan fokus dan bidang yang dituju. Website jurnal pun mesti ditata profesional, berbahasa Inggris yang baik, serta menyediakan panduan penulis, pernyataan etika publikasi, dan instruksi untuk reviewer.

Endang menekankan pula perlunya menjaga reputasi dengan cara meningkatkan keterlibatan global. Para editor dianjurkan untuk aktif menulis di jurnal bereputasi dan menyitir artikel dari jurnal yang dikelolanya, sehingga perlahan membangun jaringan sitasi. Di samping itu, penggunaan standar internasional seperti DOI, reference manager, dan metadata berbahasa Inggris merupakan keharusan yang tidak bisa ditawar. Semua itu harus dilengkapi dengan kepatuhan pada etika publikasi, mengacu pada pedoman COPE, yang menjelaskan secara rinci tanggung jawab penulis, editor, dan reviewer.

Dalam paparannya, ia juga mengingatkan sejumlah alasan umum mengapa jurnal kerap ditolak oleh Scopus. Di antaranya adalah kurangnya sitasi, terbatasnya keberagaman penulis, lemahnya rekam jejak editorial, serta tidak jelasnya ruang lingkup keilmuan yang seharusnya menjadi jati diri jurnal. Oleh karena itu, konsistensi mutu konten menjadi kunci utama. Scopus, kata Endang, tidak hanya menilai aspek teknis, melainkan juga memperhatikan kontribusi jurnal terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dunia.

Dengan gaya lugas, ia menutup sesi presentasi dengan sebuah pesan inspiratif, mengutip Carl Sagan: “The importance of science lies not only in new discoveries, but in the process of understanding and questioning.” Kalimat ini sekaligus menjadi pengingat bahwa keberhasilan jurnal menuju pengakuan internasional berawal dari semangat untuk terus bertanya, belajar, dan memperbaiki diri secara berkesinambungan.