Pengabdian Masyarakat: Dosen FaSya lakukan Penguatan Moderasi Beragama
Salatiga,(11/06/2025)-. Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang bekerjasama dengan Kantor Kementerian Agama Kota Salatiga menyelenggarakan Penguatan Moderasi Beragama bagi Guru Agama di lingkungan Kota Salatiga. Kegiatan dilaksanakan di Gedung Pusat Layanan Haji dan Umrah Terpadu Kota Salatiga. Agenda ini dihadiri oleh sekira seratus lima puluh (150) guru Agama dari berbagai sekolah, mulai dari jenjang sekolah dasar (SD) hingga menengah (SMA) di Salatiga.
Dalam sambutannya, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang menjelaskan; “Penguatan moderasi beragama penting dilaksanakan dalam rangka meneguhkan sikap toleransi dan menghormati keyakinan antar pemeluk beragama. Moderasi beragama bukan mereduksi keyakinan keimanan kita, tetapi memahami, menghormati serta bersikap toleran terhadap keyakinan keagamaan orang lain. Indikator moderasi telah dicanangkan oleh Kementerian Agama yang meliputi empat hal; yakni, Komitmen Kebangsaan, Toleransi, Anti kekerasan serta penerimaan terhadap tradisi.”

Acara ini dhadiri dan dibuka secara resmi oleh Drs. H. Wiharso, MM selaku Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Salatiga. Dalam sambutannya, KakanKemenag mengatakan; “Penguatan moderasi beragama penting bagi masyarakat, khususnya untuk para guru agama. Mengingat para guru Agama di berbagai sekolah ini merupakan tulang punggung karakter religius masa depan anak didik. Kita perlu memiliki komitmen bersama dalam menjaga Indonesia khususnya Salatiga. Kota Salatiga telah meraih penghargaan peringkat pertama sebagai kota paling toleran di Indonesia. Komitmen untuk terus menjaga, memahami dan menghargai keyakinan keagamaan orang lain penting untuk terus dirawat dalam rangka kerukunan masyarakat.”
Kegiatan penguatan moderasi beragama ini menghadirkan Dr. Muhammad Chairul Huda, M.H. sebagai narasumber. Dosen Fakultas Syariah ini menjelaskan tentang Moderasi Beragama di Era Society 5.0. Dalam penjelasan materinya, Dr. Chairul Huda mengatakan pentingnya pemahaman digital terkait moderasi beragama. Hal ini mengingat data yang menunjukkan bahwa di dunia ini ada sebesar 8,7 milyar pengguna cellular mobile phone.”

Lebih lanjut, doktor lulusan FH UNDIP ini menjelaskan; “Jumlah pengguna cellular lebih banyak (107%) dari populasi manusia di Bumi, yakni, 8,2 Milyar orang. Sementara yang aktif di sosial media sebantak 5,2 Milyar orang. Dari data ini menunjukkan betapa riuhnya informasi di dunia maya. “Kegemukan” informasi ini ada “penumpang gelap” yang disebut sebagai hoax dan jumlahnya terus bertambah, termasuk hoax dalam narasi keagamaan. Oleh karenanya, penting untuk melakukan filter atas informasi yang kita terima. Dalam cara pandang moderasi beragama di era society 5.0 ini dibutuhkan empat hal, yakni; digital skill, digital ethics, digital culture dan digital safety.” jelas instruktur nasional moderasi beragama Kemenag RI ini.
Acara ini berjalan dengan penuh keakraban tanpa mengurangi esensi penguatan moderasi beragama. Berbagai pantun dan yel-yel dari Kakankemenag, Kepala Balitbang, narasumber dan peserta menambah warna kemeriahan dan kesuksesan acara. Selain itu, narasumber juga mempraktikkan bagaimana melakukan pengawasan terhadap akses internet yang dilakukan oleh anak-anak didik dari aplikasi yang ada di hand phone.