Returness Indonesia, Membongkar Janji Manis ISIS: FaSya IAIN Salatiga Gelar Bedah Buku
Salatiga, Fakultas Syariah– Bedah buku bertema “Returness Indonesia, Membongkar Janji Manis ISIS” yang dilaksanakan di Fakultas Syariah IAIN Salatiga diselenggarakan dengan sangat menarik, Selasa (06-04-2021). Bedah buku kali ini dibuka oleh Rektor IAIN Salatiga yaitu bapak Prof. Dr. Zakkiyudin, M.Ag, beliau sangat mengapresiasi terselengaranya acara bedah buku yang fokus pada radikalisme dikalangan milenial. Beliau berpesan supaya orang tua dan guru bisa memonitoring kegiatan dan pergaulan anak supaya terpengaruh dengan radikalisme.
Senada dengan ungkapan Rektor IAIN Salatiga, Dekan Fakultas Syariah; Dr Siti Zumrotun, M.Ag, juga sangat mengapresiasi kegiatan beda buku kali ini, karena tema yang diangkat merupakan tema yang sedang hangat diperbincangkan, yang mana kasus-kasus terorisme kembali mencuat baru-baru ini dilakukan oleh milenial. Bedah buku ini sangat sesuai karena diikuti oleh mahasiswa milenial. Beliau menghimbau agar mahasiswa lebih cerdas dalam memilih teman dan pondok pesantren supaya terhindar dari Radikalisme.
Dr. Didik Novi Rahmanto sebagai pemateri pertama sekaligus penulis memaparkan bahwa sikap dan perbuatan yang berkaitan dengan terorisme perlu kita jauhi, karena perbuatan yang mereka lakukan bukan tindakan yang perlu di contoh. Pengeboman misalnya, mereka tidak memperdulikan korban akibat terjadinya pengeboman, tanpa memandang agama, suku dan ras, yang terpenting melakukan jihad versi mereka.
Narasumber kedua adalah Bapak Dr. Ilya Muhsin, M.Si, dalam acara ini beliau bertindak sebagai pembedah buku. Beliau menyampaikan bahwa buku ini terdapat banyak data yang berkaitan dengan kasus terorisme. Ajaran ISIS atau aliran-aliran radikal lain biasanya mencari kekurangan dan celah yang terjadi di Indonesia. Korupsi dan ketimpangan sosial misalnya, celah dan kekurangan tersebut digunakan kelompok mereka untuk memperkuat ideologi memusuhi negara. Mereka memberikan solusi bahwa semua problem itu bisa terselesaikan dengan cara negara Indonesia diganti dengan sistem “khilafah”.
Tidak hanya itu, mereka juga memaknai dan mentafsirkan Al-Quran dan Hadits secara tekstual tanpa melihat sababunnuzul dan sababubulwurud. Mereka memakai perang sebagai suatu kegiatan yang masih bisa dilakukan, padahal sekarang sudah berada pada era perdamaian antar negara. Selain penafsiran, mereka juga meminta kepada anggota yang bergabung dalam anggota ISIS tidak memberiitahukan kepada orang tua dan siapapun. Upaya tersebut membuat mereka menjadi kelompok tertutup.