Bedah Pemilu Raya: HMPS HTN Ungkap Strategi Inovatif untuk Sistem yang Berintegritas dan Anti Money Politik
Laporan: M. Muthohir, Editor: Hijri
Salatiga, FaSya– Himpunan Mahasiswa Program Studi Hukum Tata Negara (HMPS HTN) gelar diskusi dengan tema “Mengupas Tuntas Mengenai Temuan Pemantauan dan Potensi Kecurangan Hari Tenang, Pemungutan, Perhitungan, dan Rekapitulasi Suara dalam Pemilu Damai 2024”. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Lantai 3 Fakultas Syariah (FaSya) UIN Salatiga pada tanggal 24/04/2024.
Menyikapi proses pemilu raya yang dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2024, yang sangat berdampak baik pra-pelaksanaan, pelaksanaan, dan pasca-pelaksanaan, HMPS HTN menggelar forum diskusi untuk mengupas tuntas tentang pemilu. Aris Afifuddin, selaku Ketua Umum HMPS HTN, menjelaskan bahwa diskusi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman intelektual mahasiswa, khususnya dalam hal kritis terhadap pemilu yang telah dilaksanakan.
Sifaul Amin, S.H., M.H., C.M., selaku narasumber diskusi, menjelaskan bahwa pemilu adalah proses pemilihan untuk memilih sebagian besar atau seluruh anggota suatu badan terpilih, badan legislatif, dan presiden yang dipilih secara langsung oleh masyarakat. Pemilu juga sebagai ajang kompetisi yang sah dan legal, dimana bertujuan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan, tentunya dengan menjunjung integritas.
Ada 3 faktor yang menjadi problematika dalam pemilu, yaitu penyelenggara, peserta, dan pemilih. Di pemilu yang telah dilaksanakan masih banyak lembaga pemerintah yang dapat diintervensi, antara lain Bawaslu hingga MK (Mahkamah Konstitusi). Selain itu, untuk mencapai pemilu yang baik, semua masyarakat dan pemerintah harus memahami arti dari pemilu.
Adanya money politik juga menjadi masalah yang menyebabkan banyak perubahan dalam pelaksanaannya, yang berdampak buruk khususnya bagi masyarakat. Fenomena ini menyebabkan pengikisan demokrasi secara perlahan dan tidak disadari.
Nur Tyas bertanya bagaimana mengembalikan mindset masyarakat tentang money politik yang sudah menjadi tradisi. Dijawab bahwa money politik sudah menjadi hal yang normal, namun ada beberapa langkah untuk mencegahnya, antara lain dengan memberikan edukasi, gerakan anti money politik, yang diharapkan dapat memberikan pemahaman masyarakat akan arti dari pemilu itu sendiri.
Di akhir diskusi, Sifaul Amin menyampaikan pesan dari kitab al-Asybah wa al-Nazdair karya as-Suyuthi halaman 121 yang menjelaskan bahwa “kedudukan pemimpin atas rakyat sebagaimana kedudukan wali terhadap anak yatim”.