Dosen Fakultas Syari’ah UIN Salatiga Paparkan Pemikiran Cinta Tanah Air di Era New Media
Laporan: Chairul Huda
Salatiga, FaSya-17 Mei 2023. Bertempat di Aula Kantor Kelurahan Gendongan Kecamatan Tingkir, Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik (Bakesbangpol) Kota Salatiga menyelenggarakan Semiloka Pemikiran Cinta Tanah Air bagi masyarakat. Sekitar seratusan warga Salatiga hadir dalam kegiatan tersebut.
Drs. Valentino Tanto Hariwibowo, M.M. selaku Kepala Kantor Bakesbangpol Salatiga menjelaskan, Semiloka ini diharapkan dapat menjaga persatuan masyarakat Kota Salatiga, terutama menjelang tahun politik 2024. Dimana pada tahun tersebut Pemilu akan dilaksanakan. “Kami berharap meskipun masyarakat memiliki perbedaaan dalam pilihan politik, tetapi rasa cinta kepada tanah air dan bangsa Indonesia ini harus ditempatkan di atas perbedaan-perbedaan itu. Kami berharap situasi yang kondusif dapat tetap terjaga di Kota Salatiga khususnya dan di Indonesia pada umumnya.” Tegas Valentino.
Acara tersebut dihadiri dan secara resmi dibuka oleh Pj. Walikota Salatiga, Drs. Sinoeng Noegroho Rachmadi, MM. Dalam materinya, Sinoeng mengangkat judul; “Momentum Pemilu Serentak Tahun 2024 Sebagai Wujud Menanamkan Cinta Tanah Air Untuk Membangun Negeri.”
Sementara itu, Dosen Fakultas Syariah UIN Salatiga, Dr. Muhammad Chairul Huda, M.H. sebagai narasumber yang dihadirkan dalam semiloka tersebut menjelaskan, “Ancaman kebangsaan hari ini pada dimensi extra ordinary crime ada tiga, yakni terorisme, narkoba dan korupsi. Sementara ancaman dalam bidang social dan politik adalah intoleransi dan pengikisan ideologi Pancasila.”
Lebih lanjut, Huda menjelaskan bahwa era hari ini adalah era post truth. Era dimana masyarakat mengalami kegemukan informasi akibat derasnya globalisasi. Sebuah era dimana kejujuran-kemunafikan, kebeneran-kebohongan, fiksi-non fiksi tidak lagi jelas yang penting berita tersebut sampai ke publik.
“Hari ini berita banyak kita temukan melalui berbagai media, terutama new media. Tidak kurang dari 167 juta penduduk di Indonesia aktif di media social. Kita menjadi susah membedakan mana berita benar dan mana hoax. Apalagi pada tahun-tahun politik seperti ini, hoax pada bidang politik tentu juga akan meningkat.”
“Hoax digunakan secara beragam tetapi pada umumnya sebagai bahan fitnah, black campaign, menjatuhkan pihak lain, bahan lelucon, promosi penipuan, manipulasi konten atau propaganda dalam penyebaran ajaran agama tanpa istimbath hukum yang jelas asalnya”. Jelas doktor lulusan S3 Hukum UNDIP ini.
Semiloka tersebut juga menghadirkan narasumber dari Binmas Polres Salatiga, yakni Ipda Agus Suryanto. Dalam paparan materinya, Ipda Agus Suryanto menjelaskan, kita harus bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dikaruniai tanah air Indonesia. Sebagai salah satu contoh wujud cinta, kita harus mengenang, mendoakan dan menghargai jasa-jasa pahlawan yang mengentaskan kita dari penjajahan. Tanpa jasa para pahlawan, tampaknya kita tidak akan bisa merasakan udara kemerdekaan seperti sekarang ini.”