Peran Ulama dalam Konstelasi Politik Indonesia di Era Milenial

Kuliah tamu F. Syariah IAIN Salatiga, 10-10-2019

Salatiga-Pesta demokrasi yang belum lama berlangsung masih hangat sekali diingatan masyarakat indonesia, hiruk pikuk dan atmosfir perpolitikan semakin hari mengarah dan merangkul para ulama besar untuk berlomba-lomba menarik masa yang banyak.

Atmosfir politik saat ini sebenarnya bukan menjadi hal yang baru, Ahmad Yani memaparkan peran ulama sebelum kemerdekaan. Para ulama pada saat itu sudah sadar betul akan pentingnya sebuah negara. maka tahun 1940-an dikalangana ulama-ulama Nahdatul Ulama berkumpul 11 Kyai untuk membicarakan siapa yang pantas untuk menjadi persiden. Bahsul masail dan diskusi serta pertapaan-pertapaan dilakukan, sampai pada tahap diambilnya voting dengan disaring dua nama yaitu Ir. Soekarno dan Muh. hatta untuk menjadi calon kuat pemimpin negara. Para Ulama sudah menakar kemampuan kepemimpinan dan bagaimana pemahaman keagamaan mereka. Para Ulama sepakat memberikan penilaian bahwa pemahaman keagamaan Muh. Hatta lebih baik. Namun setelah dibacakan hasil voting, 10 ulama memilih Ir. Soekarno dan hanya satu ulama yang memilih Muh. Hatta. Situasi ini mengagetkan, ternyata para ulama memiliki alasan kuat dimana pertimbangannya adalah karena Soekarno suku jawa (yang pada dahulu kala menjadi suku yang bisa merangkul seluruh suku). Kesimpulannya para ulama juga mempertimbangkan kemaslahatan umat. Sehingga melalui peristiwa tersebut, Yani pun menegaskan bahwa kemerdekaan dan terbentuknya negara Indonesia memiliki benang merah dengan andil besar para ulama sebelum kemerdekaan.

Pentingnya mengetahui peran ulama dalam kancah perpolitikan bagi para mahasiswa, Fakultas Syariah menggelar acara kuliah tamu dengan mendatangkan dosen pakar ilmu Hukum Tata Negara (HTN) Dr. Ahmad yani Anshori, M.Ag dari UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta dengan tema “Peran Ulama dalam Konstelasi Politik Indonesia di Era Milenial” (Aula-Kamis/10-10-2019). Ketua Program Studi HTN F. Syariah Farkhani, S.H., S.H.I., M.H. berharap melalui acara tersebut, para mahasiswa mengetahui seberapa penting urgensi peran ulama didalam konstelasi perpolitikan di Indonesia. Membawa dampak positif pada Islam dan umat Islam atau sebaliknya akan menggerus atau hanya dijadikan sebagai penarik agar terpilih saja. Kemudian perannya disingkirkan atau tidak dikasih peran.

Dr. Hj. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan F. Syari’ah membuka acara kuliah tamu Prodi HTN dengan berharap besar sekali para mahasiswa HTN yang memiliki kompetensi umum dan syari’ah bisa berkompitisi saat kelak lulus.

(H4R)