Tangkal Radikalisme di Dunia Digital, KOMINFO dan FaSya UIN Salatiga Beri Edukasi Etika Digital pada Mahasiswa
Laporan: Mohammad Mutohir, editor: Hijri
Salatiga, FaSya- Bakti KOMINFO menggelar Seminar melalui Zoom Meeting bekerjasama dengan Fakultas Syari’ah (FaSya) UIN Salatiga dengan judul “Makin Cakep Digital 2023: Agama dan Radikalisme dalam Dunia Digital (08/05). Turut andil menjadi Narasumber, Prof. Dr. Ilyya Muhsin, S.H.I., M.Si. Dekan FaSya, Andika Renda Abadi dari Chief Community Officer Kaizen Room dan Muhammad Mustafid dari Dewan Etik UNU Yogyakarta.
Etika berasal dari kata ethos (Bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Etika dijelaskan dengan membedakan tiga arti. Yakni, tentang hak dan kewajiban moral (akhlak), kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Karena tanpa kita sadari di saat kita menggunakan media digital, khususnya di dalam etika juga harus baik. Media sendiri merupakan ruang untuk menyampaikan kebaikan/ keburukan melalui pemikiran yang baik, sedangkan jika tidak dapat menerima kebenaran dari orang lain maka patut ditinggalkan. Setidaknya telah diingatkan/ memberi tahu karena sudah menjalankan amar makruf nahi munkar” jelas ilyya.Menurutnya, dengan bekal karakter etika yang sesuai dengan nilai kebangsaan, generasi muda akan siap menghadapi gelombang besar di era industry 5.0.
Untuk itu, menanamkan karakter etika sebagai wujud implementasi nilai-nilai Pancasila bagi generasi milenial sangat diperlukan. Hal itu bisa dimulai sejak dini dari lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial masyarakat, serta dilingkungan birokrasi atau pemerintahan.Radikalisme dalam sudut keagamaan bisa diartikan sebagai paham keagamaan yang mengacu pada fondasi agama yang sangat mendasar dengan fanatisme keagamaan yang sangat tinggi, sehingga tidak jarang penganut paham/aliran ini menggunakan cara-cara kekerasaan untuk mengaktulisasikan paham keagamaan yang diyakininya.
Saat ini dengan menggunakan media sosial semakin membuat efektif nya kampanye paham radikalisme, oleh karena itu kita sebagai pengguna harus bijak serta kritis dalam menanggapi berita-berita yang beredar di sekitar kita. Badan nasional penanggulangan terorisme (BNPT) memaparkan hampir semua perguruan tinggi negeri (PTN) di pulau jawa terinfiltrasi paham radikalisme dengan tingkat variatif, terdapat 7 (tujuh) PTN dengan tingkat keterpaparan tinggi”ungkapnyaKehadiran teknologi sebagai bagian dari kehidupan masyarakat ini yang semakin mempertegaskan kita sedang menghadapi era disrupsi teknologi.
“Untuk mengahadapi itu, kita semua harus mempercepat kerjasama kita dalam mewujudkan agenda transformasi digital Indonesia. Bersama-sama wujudkan cita-cita bangsa Indonesia dengan menjadikan masyarakat madani berbasis teknologi. Selanjutnya, International Media Consultant menjelaskan, data Januari 2023, 70 persen dari penduduk Indonesia atau sekitar 212 juta orang terhubung dengan internet. Dari jumlah tersebut, sekitar 192 juta orang aktif di medsos.Dalam etika di dunia maya, tidak berbeda dengan dunia nyata. Dunia internet adalah dunia publik yang berada diluar kendali.Kegiatan seminar kali ini alhamdulillah berjalan dengan lancar yang dimana di hadiri kurang lebih ada 208 perserta, serta antusias para peserta yang luar biasa juga sebagai jalur kegiatan ini bisa berjalan efektif serta kondusif.
“sebagai generasi penerus bangsa dan generasi muda supaya dapat terhindar dari radikalisme dan penerapan kebhinekaan di media sosial, selalu berinteraksi dan berkolaborasi dalam hal positif” pungkasnya.