Pakar Fiqih Munakahat, Drs. Machfud, M.Ag Meninggal Dunia. Sosok Berkarakter yang Membawa Duka FaSya UIN Salatiga
Laporan; Hijri
Kendal, FaSya-Innalillahi Wainnalilahi Rojiun kabar duka sangat mendalam diterima oleh sivitas akademika Fakultas Syari’ah (FaSya) UIN Salatiga. Salah satu dosen senior FaSya Drs. machfud meninggal dunia pada Sabtu (13-05-2023), rumah duka Karangsari Rt 03 Rw 04 Kendal, Jawa Tengah. Wafat dalam usia 62 tahun, sudah 36 tahun mengabdikan dirinya untuk kampus.
Dikenal sebagai sosok yang sabar dan bijaksana, beliau Drs. Machfud pernah menjabat sebagai Kajur Syari’ah masa jabatan 2002-2006. Banyak Dosen dan karyawan UIN Salatiga yang bersaksi bahwa semasa hidup beliau sangat supel, ramah dan berkarismatik.
Rektor, Wakil Rektor I, Wakil Dekan I, Wakil Dekan II mewakili Dekan serta seluruh yang hadir di rumah duka mewakili sivitas akademika UIN salatiga dan FaSya menyampaikan rasa duka mendalam kepada keluarga. Ucapan ikut berbela sungkawa serta mendoakan Almarhum dan keluarga banyak dikirimkan melalui group Whatssapp keluarga UIN Salatiga.
Ketua STAIN Salatiga 2006 – 2010, Prof. Imam Sutomo meyampaikan dalam grooup bahwa “piyantun santun, tidak pernah terlihat guratan wajah konflik dalam tampilan hariannya”.
Ketua STAIN Salatiga 1998 – 2002, Prof. Zuhri menuliskan dengan bahasa Jawa halus dan lembut “Nderek bela sungkawa awit sedanipun pak Makhfudz, mugi pinaringan husnul khatimah. Dene keluargo ingkang tinilar mugi pinaringan sabar”.
Sahabat setia menuturkan, “Dia teman paling sabar yang pernah saya kenal. Tak pernah marah meski beliau tahu saya salah. Pak Makhfudz selalu bicara dengan wajah tersenyum, nada suara merendah, sering mengalah demi orang lain… Ya Allah beliau baik sekali hatinya’, tulis Bu Jamiatul Islamiyah dari Mekah dengan emoticon sedih.
“Pendiam dan sangat sederhana,” kesan Bu Hj. Miftachur Rif’ah. Teman “lajon” satu ruangan berkisah, “Beliau, piyantunipun super sabar, super diam. Istilah orang Jawa, kalau gak dithuthuk, gak bunyi. Sampai kadang-kadang saya kehabisan kata-kata untuk mengawali pembicaraan. Maklum, kita sama-sama nglajo dan se ruangan, setelah menunaikan tugas “ngajar”, sambil rehat, ya… duduk-duduk di ruang dosen…di sela-sela menyelesaikan yang lain, ngobrol,” tulis Bu Tami. Titik kelebihan dalam etika pergaulan adalah kekuatan menahan diri, “Nggak pernah ngrasani teman,” testimoni Bu Zumrotun (Dekan FaSya 2015-2022).
“Bapak Makhfudz menjabat Kajur Syari’ah, saya mendampingi sebagai Sekretaris,” kenang Prof. Mubasirun yang merasa nyaman bersamanya dalam tim kerja. Bagi pimpinan sangat cocok dengan lelaki Kendal yang hampir tidak pernah menolak tugas, meskipun harus KKL jauuhhhh… ke Bali berulang kali, sambung mantan Dekan Syari’ah (2015/2018-2022).
Dan masih banyak tulisan kenangan yang disampaikan keluarga UIN Salatiga yang tidak bisa ditulis dalam kolom berita ini.
Semoga Allah SWT menerima amal ibadahnya dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran. Selamat jalan Machfud.