Edukasi Tentang Advokasi Guna Membentuk Nalar Kritis Mahasiswa, DEMA FaSya Gelar Sekolah Advokasi

Laporan: Ida, Sekar, Annisa; editor: Hijri

Salatiga, Fasya– Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Syariah (FaSya) Universitas Islam Negeri Salatiga (UIN) Salatiga (SAGA) menggelar kegiatan Sekolah Advokasi dengan tema “Optimalisasi Advokasi Lembaga Kampus Serta Membentuk Nalar Kritis Mahasiswa”. Kegiatan ini berlangsung di Aula FaSya dengan dihadiri oleh 55 peserta dari mahasiswa FaSya UIN SAGA (29/04/2024).

Dibuka langsung oleh Dekan, Prof. Dr. Ilyya Muhsin, S.H.I., M.Si, acara ini menghadirkan pemateri-pemateri terkemuka seperti Dr. Aprillian Ria Adisti, S. Pd., M. Pd. (KAPUS PSGA UIN SAGA), M. Yusuf Khummaini, S .H.I., M.H., C.M (Direktur LKBHI IAIN Salatiga), Dr. Suwardi, S.Pd., M.Pd. (Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama UIN SAGA), dan Dr. Muna Erawati, S.Psi., M.Si (Kepala Pusat Konsultasi dan Konseling TAZKIA).

Dalam sambutannya, Prof. Ilyya menyampaikan harapannya agar kegiatan ini dapat menjadi bekal bagi mahasiswa sebagai agent of change di masyarakat. Hal serupa disampaikan oleh Ketua panitia kegiatan, Muhammad Nashrul Hakim, yang menjelaskan tujuan sekolah advokasi ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada peserta mengenai problem solving kemahasiswaan dan kampus. “Harapan saya agar mahasiswa fakultas syariah (FaSya) menjadi cakap hukum, termasuk dalam publik speaking dan kepemimpinan supaya bisa memimpin masyarakat,” ujar Nashrul.

Materi pertama disampaikan oleh Dr. Aprilian yang membahas “Pencegahan dan Penanganan Pelecehan Seksual di Kampus”. Ia menekankan bahwa kekerasan seksual tidak hanya menimpa perempuan, tapi juga laki-laki, dan telah dilakukan langkah konkret di UIN Salatiga dengan peluncuran peraturan rektor mengenai kekerasan seksual pada tahun 2021.

Materi selanjutnya oleh Yusuf Khummaini dengan tema “Teknik, Konsep Lobbying dan Negosiasi dalam Pengadvokasian”. Yusuf menjelaskan bahwa tujuan lobbying adalah mencapai kondisi saling menguntungkan (win-win solution) dan syarat menjadi lobbi termasuk kepercayaan, menguasai substansi materi, dan teknik komunikasi yang baik.

Dr. Muna memberi tambahan materi dengan membahas beragam isu seperti Mental Health dan Mental Block. Ia menekankan pentingnya dukungan sosial untuk kesehatan mental dan mengubah mindset sebagai upaya membangun keseimbangan mental health.

Salah satu peserta, mengatakan, “Materi yang disampaikan cukup menarik meskipun kekerasan seksual bukan hal baru, tapi tetap harus terus dibahas karena era digital membawa beragam kejahatan.” Acara ditutup dengan sesi foto bersama.